Minggu, 30 Oktober 2016

Perkembangan Emosi

I.Emosi  Bayi Neonatal
Melihat tidak adanya koordinasi yang merupakan ciri dari aktivitas bayi neonatal, tidaklah masuk akal untuk mengharapkan adanya emosi yang khusus, yang jelas, pada saat bayi dilahirkan. Reaksi emosional hanya dapat di uraikan sebagai keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang tenang dan yang kedua ditandai oleh tubuh yang tegang.
 Adapun efek jangka panjang perilaku emosional beberapa anak yang lahir prematur cenderung bersikap apatis secara emosional, tetapi lebih sering lagi menjadi pemarah, mudah tersinggung dan bersikap negatif. Kekacauan emosional sebagaimana sifat-sifat nervous, seperti mudah marah, berang, meledak dan mengisap jempol adalah lazim pada di tunjukkan oleh bayi prematur ini.
II.Emosi Bayi
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir tidak terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional menjadi kurang tersebar, kurang acak dan lebih terbedakan, serta reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.
 Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi. Pertama, emosi bayi sangat berbeda dengan emosi remaja dan orang dewasa, dan kadang kadang dari anak yang lebih tua. Emosi bayi misalnya, ditandai oleh perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut. Emosi-emosi itu singkat saja tetapi kuat ; sering muncul tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain bila perhatian bayi di alihkan.
Kedua emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode-periode lain. Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan intelektual bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi emosional. Kadang-kadang misalnya bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau pada kunjungan terakhir ia disuntik.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada bayi. Tetapi seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa perbedaan pada pola ini dan juga pada rangsangan yang menimbulkannya. Reaksi emosional bayi berbeda terhadap beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian besar pada pengalaman lalunya. Misalnya bayi yang jarang berhadapan dengan orang-orang diluar rumah atau yang dirawat hampir secara terpisah dari anggota keluarganya cenderung mengalami “masa malu” yang lebih menonjol daripada bayi yang banyak berhubungan dengan orang-orang diluar rumah dan dirawat oleh nenek, perawat bayi, orang tua dan saudara-saudaranya.           
Perbedaan-perbedaaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam ma      sa bayi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kondisi-kondisi fisik dan mental pada bayi pada saat munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam memenuhi kebutuhannya. Kalau, di waktu lalu bayi, dihukum karena menarik, menggigit atau merobek sesuatu, ia akan menampakkan tangan, hanya melihat benda dan menyentuhnya.
Salah satu perbedaan terpenting dalam reaksi emosional meliputi dominasi emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan. Beberapa bayi mengalami lebih banyak emosi senang daripada tidak senang, sedangkan bayi lain mengalami sebaliknya, bergantung terutama pada kondisi fisik dan kondisi-kondisi dalam lingkungan.
  Pada semua usia kuatnya emosi senang merupakan jaminan untuk menyesuaikan yang baik dari masa bayi. Bayi-bayi yang mengalami banyak emosi senang banyak meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola laku yang akan menimbulkan kebahagiaan.
Pola emosional yang lazim pada masa bayi antara lain,
1.   Kemarahan
Perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan mencoba-cobanya, menghalangi keinginannya, tidak mengizinkan mengerti sendiri dan tidak memperkenankan melakukan apa yang dia inginkan. Lazimnya tanggapan marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta, menendang kaki, mengibas tangan dengan memukul atau menendang apa saja yang ada didekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, berguling-guling, meronta-ronta dan menahan nafas.

2.   Ketakutan
Perangsang yang paling mungkin menimbulkan ketakutan bayi adalah suara keras ; orang, barang dan situasi asing ; ruangan gelap ; tempat tinggi; dan binatang. Perangsang yang terjadi tiba-tiba atau tidak terduga atau tidak lazim pada bayi biasanya membangkitkan rasa takut juga. Tanggapan rasa takut yang lazim pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhkan diri dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis, dan menahan nafas.

3.   Rasa ingin tahu
 Setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuannya, kecuali jika kebaruan itu begitu tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, ia akan digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengyungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah menegakkan otot muka, mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian, bayi akan menangkap barang yang membangkitkanrasa ingin tahunya tersebut, memegang, membolak-balik, melempar atau memasukkannya ke mulutnya.


4.   Kegembiraaan
Kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati, dan memperhatikan. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraanya melaluitersenyum, tertawa, dan menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berkedut, berdenguk, atau bahkan berteriak dengan gembira, dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif.

5.   Afeksi
Setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmannya atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian mainan atau binatang kesayangan keluarga, mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang yang di cintainya.
Terdapat empat bahaya psikologis umum yang sering timbul dalah hubungan  perkembangan emosi pada masa bayi, yaitu :
1.   Kurangnya Kasih Sayang
   Bayi yang tidak diberi kesempatan untuk  mengalami masa emosi bayi yang normal-terutama kasih sayang, keingintahuan, dan kegembiraan-secara fisik tidak berkembang. Kalau kekurangan kasih sayang berlangsung lama dan hebat akan mencegah penghambatan dalam mengeluarkan hormon tutary, termasuk pertumbuhan hormon dari ini akan mengakibatkan apa yang disebut “kekurangan kekerdilan” . Lagipula kekurangan kasih sayang dalam masa bayi sering menyebabkan mundur dalam perkembangan motorik dan berbicara dan tidak belajar bagaimana harus melangsungkan kontak sosial atau bagaimana mengungkapkan kasih sayang. Bayi biasanya menjadi lesu, murung, dan acuh tak acuh tak acuh seperti sering mengenyut ibu jari.
    
2.   Tekanan
Tekanan, yaitu keadaan emosi kurang baik yang berlangsung lama seperti takut dan marah, dapat menyebabkan perubahan endokrin yang mengganggu keseimbangan tubuh. Ini kemudian akan tercermin dalam kesulitan makan dan tidur, dalam gerakan gelisah seperti mengenyut ibu jari dan terlampau banyak menangis. Tekanan disebabkan oleh banyak hal seperti kesehatan yang buruk, diabaikan oleh orang tua dan kondisi lingkungan  yang buruk yang mengganggu rutin makan dan tidur. Tetapi faktor yang penting adalah hubungan erat dengan ibu yang gelisah dan tegang.

3.   Terlampau Banyak Kasih Sayang
Orang tua yang sangat khawatir akan sangat menonjolkan diri akan mendorong bayi untuk memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri dan menjadi terikat pada diri sendiri dan mementingkan diri sendiri. Dengan demikian bayi mengharapkan agar orang lain memberikan kasih sayang tetapi ia tidak membalas memberikan kasih sayang kepada orang lain.

4.   Emosi yang Kuat
Kondisi lingkungan bayi mendorong perkembangan emosi tertentu dan menyampingkan emosi yang lain. Emosi yang tersebut nantinya menjadi kuat kecuali kalau kondisi-kondisi berubah perkembangan dari emosi lain yang terdorong. Sifat pemalu dapat menetap lama  setelah masa bayi berlalu kalau anak yang pemalu atau penakut dihadapkan pada terlalu banyak orang asing atau terlalu banyak situasi yang menakutkan.

III.Emosi Awal Masa Kanak-Kanak
       Anak yang lebih muda mengalami hampir semua emosi yang dialami secara normal oleh orang dewasa. Namun, rangsangan yang membangkitkan emosi dan cara anak mengungkapkan emosi sangat berbeda.
       Perhatikan bahwa pola-pola emosi yang berhubungan dengan rasa takut seperti rasa khawatir,waswas dan malu, tidak terdaftar. Perasaan itu umumnya belum penting sampai akhir masa kanak-kanak, pada saat hubungan dengan teman-teman sebaya lebih sering dan lebih nencolok daripada dalam masa awal kanak-kanak.
       Banyak faktor yang mempengaruhi kuat dan seringnya emosi dalam awal masa kanak-kanak. Emosi sangat kuat pada usia tertentu dan berkurang pada usia yang lain. Ledakan amarah, misalnya, mencapai puncaknya antara usia dua dan empat, setelah itu amarah berlangsung tidak terlampau lama dan berubah menjadi merajuk, merenung. Rasa takut juga mengikuti pola yang sama, sebagian karena anak sadar bahwa situasi yang tadinya ditakuti ternyata tidak menakutkan dan sebagian karena adanya tekanan sosial yang menyebabkan ia merasa harus menyembunyikan ketakutannya. Sebaliknya, cemburu mulai sekitar dua tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia anak.
       Banyaknya keinginan anak sangat berbeda, demikian pula cara menyatakannya. Anak yang cerdas ternyata lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih banyak bertanya daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah. Adanya perbedaan seks dalam emosi terutama karena tekanan sosial untuk mengungkapkan emosi sesuai dengan kelompoknya. Karena ledakan amarah dianggap lebih sesuai untuk anak laki-laki, maka sepanjang masa awal kanak-kanak anak laki-laki lebih banyak menunjukkan amarah yang hebat daripada anak perempuan. Sebaiknya, takut, cemburu, dan kasih sayang di anggap lebih tepat untuk anak perempuan sehingga ia lebih kuat mengungkapkan emosi ini dari anak laki-laki.
       Besarnya keluarga mempengaruhi sering dan kuatnya rasa cemburu dan iri hati. Cemburu lebih umum pada keluarga kecil dengan dua atau tiga anak daripada dalam keluarga besar dimana tidak ada anak yang menerima perhatian yang besar dari orang tua. Iri hati, dilain pihak, lebih umum dalam keluarga besar daripada keluarga kecil ; semakin besar keluarga semakin sedikit barang yang dipunyai anak sehingga kemungkinan untuk iri hati lebih kecil. Cemburu pada anak sulung lebih sering dan lebih kejam daripada rasa cemburu pada adik-adiknya.
       Lingkungan sosial rumah memainkan peran yang penting dalam menimbulkan seringnya dan kuatnya rasa marah anak. Misalnya, ledakan amarah lebih banyak timbul di rumah bila ada banyak tamu atau ada lebih dari dua orang dewasa. Demikian pula halnya anak yang saudaranya lebih sering marah daripada anak tunggal. Jenis disiplin dan metode  latihan anak juga mempengaruhi frekuensi dan intensitas ledakan amarah anak. Semakin orang tua bersikap otoriter semakin besar kemungkinananak bersikap dengan amarah.
       Emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak, antara lain:
1.   Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.

2.   Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, radio dan televisi, dan film-film dengan unsur yang menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik; kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.

3.   Cemburu
Anak menjadi cemburu jika ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih pada orang lain dalam keluarga, seperti adik baru lahir. Anak yang lebih muda dapat menunjukkan kecemburuannya dengan terbuka atau kembali bersikap seperti anak kecil seperti mengompol, pura-pura sakit, atau menjadi nakal. Prilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian.

4.   Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah berupa penjelajahan sensori motorik; kemudian sebagai akibat tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.

5.   Iri Hati
Anak-anak sering iri hati dengan kemampuan dan barang yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dengan bermacam-macam cara, yangpaling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri dengan mengungkapkan keinginan memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain, atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.

6.   Gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidakdiharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.

7.   Sedih
Anak-anak merasa sedih jika merasa kehilangan barang atau sesuatu yang dianggap berharga baginya, apakah itu orang, binatang ataupun benda mati seperti mainan. Secara khas anak menunjukkan sikapnya dengan cara menangis atau kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.

8.   Kasih Sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang dan mainan atau benda lain yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayangnya secara lisan bila sudah besar dan dengan gerakan fisik seperti memeluk, mencium, dan menepuk objek kasih sayangnya.
IV.Emosi Akhir Masa Kanak-kanak
     Pola emosi yang timbul pada masa akhir kanak-kanak sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Bagaimanapun juga pola emosional umumnya dari akhir masa kanak-kanak berbeda dengan pada masa awal kanak-kanak dalam dua hal. Pertama jenis situasi yang membangkitkan emosi, dan kedua bentuk ungkapannya. Perubahan tersebut lebih diakibatkan dari bertambahnya pengalaman dan belajarnya daripada proses pematangan diri.
Dari pengalaman anak mengetahui bagaimana anggapan orang lain tentang anggapan berbagai bentuk emosional. Dalam keinginan berbagai bentuk yang ternyata secara sosial tidak bisa diterima. Dengan bertambah besarnya badan, anak anak mulai mengungkapkan emosi dengan berbagai bentuk seperti murung, menggerutu, dan berbagai ungkapan kasar. Ledakan marah dianggap jarang karena mereka mulai menyadari itu merupakan perilaku bayi.
            Sebagaimana adanya perbedaan dalam cara anak mengungkapkan emosi, ada juga perbedaan dalam jenis situasi yang membangkitkan emosi. Anak yang lebih besar akan lebih cepat marah bila dihina dibandingkan dengan anak yang lebih kecil yang belum mengerti arti dari setiap komentar yang bersifat merendahkan. Demikin pula halnya rasa ingin tahu anak yang lebih kecil ditimbulkan oleh sesuatu yang baru dan berbeda. Bagi anak yang lebih besar, hal baru dan berbeda harus sangat menonjol agar bisa membangkitkan keingintahuannya.
            Sebagaimana juga terdapat pada anak-anak yang lebih muda, ada sejumlah emosi pada anak-anak yang lebih besar  dan dalam caramereka mengungkapkan emosi. Anak yang populer cenderung tidak terlampau cemburu dibandingkan anak-anak yang kurang populer. Anak laki-laki pada setiap umur dipandang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya dibandingkan dengan anak perempuan; sementara anak perempuan lebih banyak mengalami rasa takut, khawatir dan kasih sayang, yaitu emosi yang dipandang sesuai peran seksnya.
     Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosinya menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak menjadi sulit dihadapi.
            Meningginya emosi pada akhir masa kanak-kanak dapat disebabkan fisik dan atau lingkungan. Kalau anak sakit atau lelah, ia cenderung cepat marah, rewel, dan umumnya sulit dihadapi. Justru sebelum masa kanak-kanak berakhir , ketika organ-organ seks mulai berfungsi, meningginya emosi sedang mengalami puncaknya.
     Keadaan lingkungan yang menyebabkan meningginya emosi juga beragam dan serius. Karena penyesuain diri pada setiap situasi baru akan menyusahkan anak. Meningginya emosi hampir dialami oleh semua anak terutama pada saat baru masuk sekolah. Setiap perubahan yang menonjol pada pola kehidupan anak, seperti keretakan keluarga akibatkematian atau perceraian, akan selalu menyebabkan emosi meninggi.
            Namun pada umumnya, akhir masa kanak-kanak merupakan periode yang relatif tenang yang berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, peranan yang dilakukan oleh anak yang sudah besar sudah terumus secara jelas dan anak tahu bagaimana melaksanakannya; kedua, permainan dan olahraga merupakan pelampiasan emosi yang tertahan; dan terakhir, dengan meningkatnya keteranpilan anak tidak banyak mengalami kekecewaan dalam usahanya untuk menyelesaikan berbagai macam tugas dibandingkan pada saat anak masih lebih muda.
Dengan mengekang ungkapan emosi eksternal anak menjadi gelisah, tegang dan mudah tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun. Anak dikatakan sedang mengalami ”suasana hati yang buruk” atau “suasana buruk”.
     Karena keadaan emosi yang tidak tersalurkan tidak menyenangkan bagi anak, seringkali anak dengan cara coba coba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain, dengan tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan menangis. Sekali cara untuk meredakan emosi ini yang tidak tersalurkan ini ditemukan, yang disebut katarsis emosional, maka akan timbul cara baru bagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial.
            Meskipun banyak bentuk katarsis yang digunakan, tetapi anak menemukan  melalui cara coba-coba dan bukan melalui bimbingan, bahwa ada bentuk yang lebih baik dan secara sosial lebih diterima daripada bentuk yang lainnya.
            Menangis, misalnya, dapat merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan, namun biasanya mempunyai akibat sampingan berupa sedih yang melemahkan tenaga seseorang. Lagi pula anak menemukan bahwa anak menangis seperti anak kecil. Sekalipun anak menangis secara sembunyi-sembunyi tetapi matanya yang merah menunjukkan bahwa ia baru menangis. Di lain pihak, tertawa dan bermain tidak menimbulkan akibat sampingan dan tidak mengalami penolakan sosial. Dengan demikian, sebelum masa kanak-kanak berakhir sebagian besar anak telah menemukan bentuk katarsis emosional yang memenuhi kebutuhan mereka  dan membantu mereka mengatasi pengendalian emosi seperti yang diharapkan oleh kelompok sosial.
            Beberapa anak yang memiliki teman akrab, sebelum masa kanak-kanak berakhir mengerti bahwa membicarakan yang menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan-seperti kecewa,takut, cemburu dan sedih-dengan teman,akan banyak membantu. Dengan melakukan hal ini mereka memiliki pandangan baru tentang pelbagai masalah emosional sehingga setiap situasi yang membangkitkan emosi dapat dicegah atau dikurangi. Dengan cara ini mereka mengerti cara katarsis mental, yang kalau digabung dengn katarsis fisik memungkinkan mereka untuk belajar emosi mereka dalam cara yang dapat diterima secara sosial  dan dengan ketegangan fisik atau ketegangan emosional yang minimum.

IV.MASA PUBER
            Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang daripada anak laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari pelbagai pembatasan.
            Berikut ini adalah akibat perubahan masa puber,antara lain :
1.     Ingin menyendiri kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, anak-anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari pelbagai kegiatan keluarga, dan sering bertengkar dengan teman-teman dan dengan anggota keluarga. Anak puber kerap melamun bertapa seringnya ia tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan eksprimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain.
2.     Bosan anak puber dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial,dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, anak sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya dipelbagai bidang menurun. Anak menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
3.     Inkoordinasi pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan anak akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan terlambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4.     Antagonisme sosial anak puber seringkali tidak mau bekerjasama, sering membantah dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya rasa puber,anak kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerjasama dan lebih sabar kepada orang lain.
5.     Emosi yang meninggi ditandai dengan kemurungan, merajuk,ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian dari masa puber. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marah dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal mas-masa haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik anak, ketegangan lambat laun berkurang dan anak sudah mampu mengendalikan emosinya.
6.     Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekarang menjadi kurang percaya diri karena menurunnya daya tahan fisik serta kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak dari anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber menjadi rendah diri.
7.     Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak semakin sederhana dalam penampilannya karena takut orang-orang akan memperhatikan dan mengomentari penampilannya.

V.Emosi Masa Remaja
            Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada awal masa puber terusberlangsung tetapi agak sedikit melambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu perlu dicari keterangan yang menjelaskan ketegangan emosi pada saat ini.
       Penjelasan diperoleh dari kondisi sosial yang dialami remaja masa kini. Adapun meningginya emosi laki-laki dan perempuan terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi masa itu.
            Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila semua remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri  pada pola prilaku baru dan harapan sosial  yang baru.
            Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu  terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain.
            Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi  bila pada akhir masa remaja  tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih bisa diterima.        
     
        

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikilogi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jenis Umum dan Type Riset

Berbagai tradisi penelitian untuk menganalisis data kualitatif. Apakah mungkin sejumlah karakteristik prosedur analisis kualitatif bis...