Sejarah Perkembangan
Pendiri dan pengembang utama
konseling Gestalt adalah Federich (Fritzs) Solomon Perls (1893-1970), lahir di
Berlin dari keluarga kelas menengah ke bawah Yahudi. Perls tergolong anak yang
banyak menjadi sumber kesulitan bagi orang tuanya. Disamping itu, dia pernah
tidak naik kelas dua kali serta pernah dikelurakn dari sekolahnya. Namun, dia
dapat menyelesaikan pendidikan tingginya sehingga ia meraih gelar doktor medis
(medical doctor ‘M.D.’) dalam spesialisasi psikiatri dari Universites Federich
Wilhelm pada tahun 1921. Pada tahun 1916 dia bergabung dengan tentara Jerman
dan bertugas sebagai medis dalam perang Dunia I. Setelah perang, perls bekerja
dengan Kurrt Goldest pada Goldsteind Insititute untuk Terntara Rusia Otak di
Frankurt. Ini adalah jalan baginya untuk dapat melihat pentingnya memandang
manusia secara keseluruhan bukannya dari bagian-bagian yang berfungsi secara
terpisah-piasah. Kemudian dia pindah ke vienna dan memulai pelatihan
psikoanalisis.
Perls menjauh dari tradisi
psikoanalitis pada saat dia bermigrasi ke Amerika Serikat tahun 1946. Di
Amerika serikat dai bertemu dengan Paul Gooodman, kemudian bersama-sama
istrinya, Laura Perls membangun New York
Institute For Gestal Terapi pada tahun
1952. Pada tahun 1954, ia mendirikan Cleveland Institute
of Gestalt Therapy. Kadang-kadang dia datang ke Big Sur, California dan
memberikan seminar dan simposium pada Asalen Institute, memahat reputasenya
sebagai inovator psikoterapi. Dia mempunyai dampak besar terhadap orang-orang,
sebagian melalui tulisan profesionalnya tetapi terutama melalui kontak pribadi di
ruang kerjanya. Perl dipandang sebagai orang yang berwawasab luas, jenaka,
cerdas, provokatif, manipulatif, bermusuhan, menuntut, dan inspirasional.Buku-buku yang di tulis Perls antara lain Ego, Hunger
and Agression (1942), Gestal Therapy : Exitement and Growth in Personility
(1951), Gestla Therapy Verbatim (1960), in and out of garbage pail (1969),
Gestal Approach and Eye Witness to Therapy (1973)
Selain Perls, istrinya Laura
Posner Perls (1905-1990) juga turut serta ikut andil dalam konseling gestalt.
Sebagai tim, mereka memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan dan
pemeliharaan pergerakan terapi Gestalt di Amerika Serikat dari akhir 1940an
sampai dengan kematiannya pada tahun 1990. Pendekatan gestalt ini sebuah
pendekatan existential- fenomenologis didasarkan pada premise bahwa individu
harus difahami dalam konteks hubungan berkesinambungan mereka dengan
lingkungan. Konseling gestal berfokus apa dan bagaimana tingkalh laku dan
pengalaman disini dan sekarang dengan memadukan bagian-bagia kepribadian yang
trpecahkab dan tidak diketahui.
Hakikat dan Pandangan tentang Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar dari
filsafat eksistensial dan fenomenologi. Perls memiliki pandangan dasar yang
berbeda dari freud mengenai hakikat manusia, dia yakin bahwa manusia adalah
makhluk yang mempunya kemampuan untuk membaskan dirinya dari pengaruh
pengalaman masa lalunya, mampu untuk hidup sepenuhnya pada saat ini dan di
sini. Perls memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan mengatasi
lingkungan secara efektif, mengarahkan perkembanganya dirinya sendiri dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dialaminya. Manusia bersifat
untideterministik karena menekankan kemampuan manusia dalam mengarahkan tingkah
lakunya untuk mengembangkan dirinya. Manusia mampu menyadari pilihan pilihan
dengan demikian ia bertangung jawab terhadap tingkah lakunya karena adanya
proses kesadaran diri. Manusia mampu menyadari sepenuhnya terhadap sensasi,
pikiran, emosi, dan persepsi-persepsinya.
Karakteristik
konseling gestalt adalah berorientasi afektif-tindakan, pemusatan pengalaman,
keaktifan, pemusatan pada tanggung jawab klien, penekanan pada situasi sekarang
dan disini, penekanan pada proses dari pada isi konseling, penekanan pada
tantangan. Prinsip dalam Teori Gestalt adalah (1)Holism adalah
seluruh sifatnya padu dan seutuhnya koheren, dan keutuhan tersebut berbeda
dengan kumpulan bagian-bagiannya. Penekanannya adalah pada integrasi bagaimana
bagian-bagian sesuai secara bersama-sama dan bagaimana individual melakukan
kontak dengan lingkungan (2) Field Theory pandangan ini melihat
organisme harus dilihat dari lingkungan atau dalam konteksnya, sebagai bagian dari
lapangan yang terus berubah. (3) Proses pembentukan –Figure :
proses pembentukan figure menjeleskan bagaimana individual mengorganisasi
lingkungan dari waktu ke waktu. (4) pengaturan- sendiri Organisme yaitu
sebuah proses dimana keseimbangan’diganggu’ oleh kemuculan kebutuhan sensasi
atau kepentingan. Organisme akan bekerja sebaik-baiknya untuk mengatur dirinya
sendiri didasarkan pada kemampuan sendiri dan sumber daya lingkungannya.
Perkembangan Perilaku
Menurut Perls, individu
tersiksa oleh kekuatan dari dalam yaitu top dog dan under dog yang selalu
berlomba ingin mengontrolnya. Top dog cenderung menghukum individu dengan
keharusan, keinginan, dan ketakutan akan ancaman (bahaya). Sedangakan under dog
menguasai individu dengan penekanan yang baikdan keadaan mempertahankan diri.
Konsep dasar perkembangan
kepribadian : (1) Aktualisasi Diri. Perls mengemukakan bahwa semua makhluk hidup
secara alamiah berupaya mengembangkan dirinya. Aktualisasi diri merupakan apa
yang diupayakan seseorang agar menjadi kenyataan. (2) pengaturan diri (2)
Pengaturan Diri. Perls yakin bahwa manusia mempunyai kemampuan bawaan untuk
mengatur dirinya sendiri. Pengaturan diri organisme berfungsi untuk mengurangi
ketegangan dalam diri individu. (3) kesadaran diri. Keasadaran merupakan suatu
konsep pokok dalam konseling gestalt. Keasadaran dipandang sebagai suatu kontak
yang waspada mengenai peristiwa atau kebutuhan yang terpenting dala kehidupan
seseorang. (4) kontak. Kontak diperlukan agar perubahan dan pertumbuhan
terjadi. Kontak yang bai berarti berinteraksi dengan alam dan orang lain tanpa
kehilangan individualitasnya. Jadi kontak merupakan kesadaran dan tingkah laku
individu dalam mengasimilasi hal-hal baru dalam lingkungannya dan penolakn
terhadap hal-hal baru yang tidak dapat diassimilasikan pada dirinya. (4) urusan
yang tak terselesaikan (unfinished business. Meliputi perasaan-perasaan
yang tidak terekspresikan seperti kemarahn, kebencian, kepedihan, kecemasan,
ketakutan, rasa bersalah dsb. (5) Gestalt. Usaha individu untuk
membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi secara bermakna. (6)
ketertutupan.
1)
Pribadi Sehat
Individu yang sehat adalah
yang seimbang antara ikatan organisme
dan lingkungan dan mengadakan hubungan yang terus-menerus. Selain itu, ada dua
pandangan tentang pribadi yang sehat meneurut Gestalt (1) Gestalt yang baik
sebagai polaritas itu mampu mengambarkan suatu medan persepsi atau terbentuk
dengan jelas dalam bentuk yang baik. (2) polaritas penyesuaian yang kreatif.
Seorang pribadi yang mampu menunjukan interkasi yang kreatif mengambil tanggung
jawab bagi keseimbangan ekologis antara diri sendiri dan sekitar.
2)
Pribadi Malasuai
Menurut Gestal, pribadi yang
malasuai terjadi bila ada suatu hal yang salah bilamaan pembentukan gestalt
terhalangi atau terhambat dalam keidupan seseorang. Hambatan-hambatan tersebut
timbul jika individu berusaha mencoba sesuatu yang bukan dirinya yaitu ketika
ia mengidentifikasi dengan self image. Akibatnya, energi individu
tersebut dikembangkan untuk mencoba mengalami kecenderungan pengaturan diri
yang alamiah dan tidak diarahkan untuk berinteraksi dan mengasimilasikan
lingkungan secara efektif. Ada empat cara pokok yang digunakan individu
dalam menghambat pertumbuhan yang sehat
yaitu proyeksi, introyeksi, retrofleksi dan konfluen. Manipulasi dari empat
cara pokok ini akan mengakibatkan individu mengalami berbagai malsalah diantaranya
: kurangnya kesadaran, kurangnya tanggung jawab, kurangnya kontak dengan
lingkungan, ketidakmapuan melengkapi gestalt, peningkatan pengingkaran
kebutuhan, dan dikotomi dimensii diri.
Hakikat Konseling
Hakikat
konseling gestalt adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka dan
berdiri sendiri. Selain itu konseling gestalt adalah usaha bantuan yang
diberikan untuk individu mencapai kesadaran,integritas pribadi, tanggung jawab,
dan kematangan.
Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan
dasar terapi gestalt adalah mencapai kesadaran dan mempunyai pilihan yang lebih
banyak. Kesadaran meliputi pengetahuan terhadap lingkungan, diri, penerimaan
diri, dan mampu melakukan kontak. Dengan kesadaran mereka mempunyai kapsitas
untuk menghadapi dan menerima bagian yang ditolak untuk secara penuh mengalami
subyektifitasnya. Terapi gestalt pada dasarnya adalah sebuah eksistensi dari
pertemuan klien yang cenderung bergerak ke arah pasti . Melalui keterlibatan
kreatif dalam proses gestalt, Zinker(dalam Corey: 2009) berharap klien akan :
a)
Peralihan dalam meningkatkan
kesadaran pada diri sendiri
b)
Secara berangsur-angsur
mengasumsikan kepemilikan dari pengalaman mereka sendiri.
c)
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan mendapatkan hasil yang memuaskan kebutuhan
tanpa-tanpa mengganggu hak orang lain.
d)
Menjadi lebih sadar terhadap
tingkah lakunya
e)
Belajar tanggung jawab atas
apa yang mereka lakukan termasuk menerima konsekwnasi dari terhadap tingkah
lakunya
f)
Peralihan dukungan dari luar
meningkat kepada dukungan internal
g)
Mampu meminta dan mendapatkan
bantuan dari orang lain dan mampu menberi untuk orang lain.
Peran Konselor
Terapis
gestalt memiliki peran :
a)
Membantu klien mengembangkan
kesadaran mereka sendiri dan pengalaman bagaimana mereka berada dalam moment
sekarang.
b)
Membantu klien menjadi
partner yang aktif, dimana mereka bias belajar tentang diri mereka sendiri,
dengan mengadaptasi sikap eksperimental dalam hidup yang mana mereka mencoba
tingkah laku baru dan mengamati apa yang terjadi (Hefferline dan Goodman dalam
Corey, 2009)
c)
Konselor/terapis gestal
berperan sebagai pembantu, pengamat, ahli bahasa, dan ahli komunikasi,
frustrator (konselor mendorong klien untuk berkembang semata-mata menggunakan
sistem dukungan internal yang ada pada dirinya.
Untuk itu konselor membantu klien mengalami frustasi yaitu memutuskan
pola klien yang merusak dirinya dan tingkah lakuknya yang neurotis serta
berupaya mengubah cara manipulatif yang digunakan klien tersebut) , agen
kreatif, dan guru (Levin dan Shephard, dalam Ramli, 1999)
d)
Memperhatikan bahasa tubuh klien. Isyarat non verbal ini
memberikan informasi kaya karena mereka sering kali menampilkan perasaan yang
tidak disadari oleh klien.
e)
Konselor menekankan pada
hubungan antara pola bahasa dengan kepribadian. Pola percakapan klien
seringkali menjadi ekspresi dari perasaan, pemikiran, dan sikap mereka.
Contoh-contoh aspek bahasa yang menjadi fous terpist gestalt (ini, kamu,
pertanyaan, bahasa yang menolak kekuatan, mendengar metafora klien,
mendengarkan baha yang tidak tercakup dalam cerita)
2. Pengalaman
dan Peran Konseli
a)
Klien berperan sebagai
partisipan aktif yaitu aktif membuat intepretasi dan makna terhadap
pengalaman-pengalamannya. Aktif meningkatkan kesadarannya dan memutuskan apa
yang akan atau tidak akan dikerjakan dalam proses konseling.
b)
Klien bertanggung jawab dalam
menentukan tingkah lakunya sendiri.
c)
Klien menentukan sendiri
tujuan yang diinginkan dari proses konseling
d)
Tiga tahap yang tergabung
dalam rangkaian karakteristik klien yang tumbuh dalam terapi : menemukan,
akomodasi, dan rangkaian integrasi yaitu asimilasi.
3. Situasi
Hubungan
Dalam
proses konsleing, hubungan antara konselor dan klien sejajar yaitu suatu
hubungan antar pribadi antara konselor dan klien yang melibatkan dialog dan
hubungan antar keduanya. Konselor bersama klien perlu menjelajah
kekuatan-kekuatan, harapan-harapan yang tidak realistis, hambatan dan
penolakn-penolakn pada dirinya sendiri. Konselor bertanggung jawab untuk
kualitas hubungan mereka, terhadap pengetahuan meraka sendiri dan klien, dan
untuk tetap terbuka dengan klien. Mereka secara aktif berbagi persepsi dan
pengalaman sekarang ketika bertemu klien dalam kondisi “Here ang Now”
Mekanisme Pengubahan
1.
Tahap-Tahap Konseling
a)
Pembinaan hubungan konseling
Agar klien tersebut mencapai perubahan yang
dinginkan dan klien terlibat dalam proses konseling maka konselor perlu
menciptakan hubungan baik, dengan klien sehingga ia merasa aman, enak, dan
nyaman dalam proses konseling
b)
Pengungkapan kesadaran klien
Konselor perlu menciptakan suatu kondisi
sehingga klien termotivasi untuk berubah dan mengungkapkan pengalaman-pengalamn
emosinya.
c)
Pemberian motivasi
Pemberian motivasi bagi klien sangat penting
artinya bagi pencapaian tujuan konseling. untuk konselor memberikan kesmpatan
kepada klien untuk menyadari ketidakmampuan dan ketidakpuasannya sehinga ia
mampu menyadari perlunya perubahan dan termotivasi untuk bekerja sama dengan
konselor.
d)
Pengungkapan emosi
Konselor perlu mendorong klien mengemukakan
perasaan-perasaannya dalam pertemuan konseling di sini dan saat ini bukan dalam
bentuk menceritakan pengalaman masa lalu atau berupa harapan-harapan yang akan
datang melainkan dalam wujud mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan
pada masa lalu dalam situasi disini dan saat ini. Usaha ini dilakkan dengan
maksud agar klien dapat menyadari dirinya sendiri dan keberadaannya sehingga ia
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengintegrasikan bagian-bagian
dirinya yang selama ini ditolak dan diingkari menjadi kebulatan dirinya.
Sehingga menjadi individu yang mandiri.
e)
Pengakiran konseling
Pada akhir konseling klien memperoleh kesadaran
yang mendalam tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, dan menunjukkan
ciri-ciri yang bertanggung jawab bagi dirinya yang ditandai dengan
mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tindakan yang diingkarinya menjadi suatu keutuhan pribadi.
2.
Teknik-Teknik Konseling
a)
Latihan Dialog Internal
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan,
yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a)
kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung
jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung;
(e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah. Melalui dialog
yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko.
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.
b)
Makin The Round (berkeliling)
Merupakan suatu latihan terapi Gestal di mana
klien diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompok, dan berbicara atau
melakukan sesuatu dengan setiap anggota. Maksud teknik ini untuk menghadapi,
memberanikan dan menyingkap diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru
serta tumbuh dan berubah.
c)
The Reversal Exercise
(Latihan Pembalikan)
Teknik ini digunakan dengan cara menyuruh klien
memerankan bagian dirinya yang jarang atau tidak pernah diungkapkan karena
tidak mau melihat atau menerimanya. Teknik ini diharapkan dapat membantu klien
menjadi sadar mengenai bagian dirinya yang tidak diketahui bahwa itu ada
sehingga dapat membantu klien untuk memulai proses menerima sifat-sifat dirinya
yang dicoba untuk ditolak
d)
The Rehearsal exercise
(latiha Ulangan)
Teknik latihan adalah teknik yang digunakan
untuk membantu klien menindakkan sutu peran baru dalam proses konseling yang
akan digunakan diluar konseling. Teknik ini memperkuat keyakinan klien bahwa
perilaku baru dapat dilaksanakan
e)
The Exaggeration Exercise
(latihan melebih-lebihkan)
Teknik
ini digunakan dengan cara meminta klien untuk melebih-lebihkan gerakan atau
bahasa tubuh secara berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan perasaan yang
melekat pada tingkah laku dan membuat makna perilaku semakin jelas.
f)
Staying with the Feeling
(Tetap dengan Perasaan)
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan. Terapis bisa meminta klien bertahan dengan perasaan-perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelelam lebih dalam ke dalam
perasaan tingkah laku yang ingin dihindarinya. Mengahadapi, mengkonfrontasi dan
mengalami perasaan-perasaan tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga
membutuhkan kesediaan untuk bertahan dalam kesakitan yang diperlukan guna
membuat jalan menuju taraf-taraf pertumbuhan yang lebih baru.
g)
The Gestalt Approach to dream
Work
Terapi gestalt tidak menafsiran dan
menganalisis mimpi, membawa kembali mimpi kepada kehidupan, menciptakan kembali
mimpi dan menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung
sekarang. Mimpi tidak dibicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu,
tetapi sebagai suatu yang terjadi sekaang, dan mimpi menjadi bagian dari mimpi
menjadi bagian mimpi yang dialaminya, yang dianjurkan dalam menangani
mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, mengingat
orang-orang, kejadian dan suasana hati dalam mimpi dan kemudian menjadi bagian
dari mimpi dengan jalan menstransformasikan diri, bertindak sepenuh mungkin,
dan menciptakan dialog. Para konselor gestalt meminta klien untuk berbicara
terhadap mimpi-mimpinya sendiri.
h)
Kursi Kosong
Merupakan teknik permainan peran dimana klien
memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek
kepribadiannya sendiri dibayangkan duduk
atau berada di kursi kosong. Kemudian klien diminta berdialog dengan orang atau
bagian dirinya yang dibayangkan berada di kursi kosong tersebut. Klien
semata-semata melakukan dialog hingga pada akhirnya mencapai kesadaran dan
keterpaduan perasaan, pikiran, dan tindakannya.
i)
Konfrontasi
Merupakan teknik yang digunakan konselor untuk
mengemukakan kesenjangan yang terdapat dalam perilaku klien, yaitu kesenjangan
yang terdapat dalam perilaku klien, yaitu kesenjangan antara ekspresi verbal
dan ekspresi non verbal. Teknik ini ditujukan untuk membantu klien menyadri apa
yang sedang dilakukan saat sekarang.
j)
Sharing Hunches (Berbagi Dugaan)
Konselor Gestalt tidak membuat interpretasi
tingkah laku klien tetapi membantu klien membuat interpretasi terhadap tingkah
lakunya sendiri. Maka dalam proses konseling konselor hanya dapat berbagi
dugaan mengenai pernyataan atau tingkah laku klien. Jadi berbagi dugaan
merupakan teknik yang digunakan dengan cara berbagi dugaan mengenai tingkah
laku klien. Misalnya, berdasarkan pengamatan konselor terhadap tingkah laku
klien, konselor membuat dugaan mengenai perilaku klien tersebut.
k)
Memainkan Proyeksi
Teknik
ini digunakan terhadap klien yang mengeluh dan membenci serta tidak menyadari
bahwa memproyeksikan sifat-sifatnya sendiri terhadap orang lain.
Kelemahan dan Kelebihan
a)
Kelebihan
-
Terapi gestalt adalah terapi
dimasa lalu yang ditangani secara lebih hidup dengan membawa aspek relevan ke
dalam situasi sekarang. Terapist menantang klien untuk sadar secara kreatif
untuk menjadi sadar.
-
Kritik yang sangat pentng
berhubungan dengan diri sendiri sesorng, orang lain dan lingkungan
-
Pusat tugas hubungan yang autentik
dan dialog dalam terapi
-
Tekanan dalam teori Filed,
Fenomenologi dan keasadaran
b)
Kelemahan
Kritisme Gestalt diarahkan
pada versi lama atau gaya Firtz yang menekankan pada konfrontasi dan tidak memperhatikan faktor-faktor kepribadian
kognitif. Terapi gestal membutuhkan waktu yang lama dalam memperhatikan dan
pemberian faktor-faktor secara umum. Agar teori gestalt efektif, terapis harus
mempunyai tingkat perkembangan pribadi tinggi.
Sumber Rujukan
Corey,
G. 2009, Theory and Practice of Counseling
and Psychotherapy. Belmont, CA : Brooks/Cole
Willis, S. S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta
Ramli. 1999. Konseling
Gestalt. Universitas Negeri Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar