Sabtu, 28 Mei 2016

Konseling Gestalt

Sejarah Perkembangan
Pendiri dan pengembang utama konseling Gestalt adalah Federich (Fritzs) Solomon Perls (1893-1970), lahir di Berlin dari keluarga kelas menengah ke bawah Yahudi. Perls tergolong anak yang banyak menjadi sumber kesulitan bagi orang tuanya. Disamping itu, dia pernah tidak naik kelas dua kali serta pernah dikelurakn dari sekolahnya. Namun, dia dapat menyelesaikan pendidikan tingginya sehingga ia meraih gelar doktor medis (medical doctor ‘M.D.’) dalam spesialisasi psikiatri dari Universites Federich Wilhelm pada tahun 1921. Pada tahun 1916 dia bergabung dengan tentara Jerman dan bertugas sebagai medis dalam perang Dunia I. Setelah perang, perls bekerja dengan Kurrt Goldest pada Goldsteind Insititute untuk Terntara Rusia Otak di Frankurt. Ini adalah jalan baginya untuk dapat melihat pentingnya memandang manusia secara keseluruhan bukannya dari bagian-bagian yang berfungsi secara terpisah-piasah. Kemudian dia pindah ke vienna dan memulai pelatihan psikoanalisis.
Perls menjauh dari tradisi psikoanalitis pada saat dia bermigrasi ke Amerika Serikat tahun 1946. Di Amerika serikat dai bertemu dengan Paul Gooodman, kemudian bersama-sama istrinya, Laura Perls  membangun New York Institute  For Gestal Terapi pada tahun 1952.  Pada  tahun 1954, ia mendirikan Cleveland Institute of Gestalt Therapy. Kadang-kadang dia datang ke Big Sur, California dan memberikan seminar dan simposium pada Asalen Institute, memahat reputasenya sebagai inovator psikoterapi. Dia mempunyai dampak besar terhadap orang-orang, sebagian melalui tulisan profesionalnya tetapi terutama melalui kontak pribadi di ruang kerjanya. Perl dipandang sebagai orang yang berwawasab luas, jenaka, cerdas, provokatif, manipulatif, bermusuhan, menuntut, dan inspirasional.Buku-buku  yang di tulis Perls antara lain Ego, Hunger and Agression (1942), Gestal Therapy : Exitement and Growth in Personility (1951), Gestla Therapy Verbatim (1960), in and out of garbage pail (1969), Gestal Approach and Eye Witness to Therapy (1973)
Selain Perls, istrinya Laura Posner Perls (1905-1990) juga turut serta ikut andil dalam konseling gestalt. Sebagai tim, mereka memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan dan pemeliharaan pergerakan terapi Gestalt di Amerika Serikat dari akhir 1940an sampai dengan kematiannya pada tahun 1990. Pendekatan gestalt ini sebuah pendekatan existential- fenomenologis didasarkan pada premise bahwa individu harus difahami dalam konteks hubungan berkesinambungan mereka dengan lingkungan. Konseling gestal berfokus apa dan bagaimana tingkalh laku dan pengalaman disini dan sekarang dengan memadukan bagian-bagia kepribadian yang trpecahkab dan tidak diketahui.

Hakikat dan Pandangan tentang Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar dari filsafat eksistensial dan fenomenologi. Perls memiliki pandangan dasar yang berbeda dari freud mengenai hakikat manusia, dia yakin bahwa manusia adalah makhluk yang mempunya kemampuan untuk membaskan dirinya dari pengaruh pengalaman masa lalunya, mampu untuk hidup sepenuhnya pada saat ini dan di sini. Perls memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan mengatasi lingkungan secara efektif, mengarahkan perkembanganya dirinya sendiri dan menyelesaikan masalah-masalah yang dialaminya. Manusia bersifat untideterministik karena menekankan kemampuan manusia dalam mengarahkan tingkah lakunya untuk mengembangkan dirinya. Manusia mampu menyadari pilihan pilihan dengan demikian ia bertangung jawab terhadap tingkah lakunya karena adanya proses kesadaran diri. Manusia mampu menyadari sepenuhnya terhadap sensasi, pikiran, emosi, dan persepsi-persepsinya.
Karakteristik konseling gestalt adalah berorientasi afektif-tindakan, pemusatan pengalaman, keaktifan, pemusatan pada tanggung jawab klien, penekanan pada situasi sekarang dan disini, penekanan pada proses dari pada isi konseling, penekanan pada tantangan. Prinsip dalam Teori Gestalt adalah (1)Holism adalah seluruh sifatnya padu dan seutuhnya koheren, dan keutuhan tersebut berbeda dengan kumpulan bagian-bagiannya. Penekanannya adalah pada integrasi bagaimana bagian-bagian sesuai secara bersama-sama dan bagaimana individual melakukan kontak dengan lingkungan (2) Field Theory pandangan ini melihat organisme harus dilihat dari lingkungan atau dalam konteksnya, sebagai bagian dari lapangan yang terus berubah. (3) Proses pembentukan –Figure : proses pembentukan figure menjeleskan bagaimana individual mengorganisasi lingkungan dari waktu ke waktu. (4) pengaturan- sendiri Organisme yaitu sebuah proses dimana keseimbangan’diganggu’ oleh kemuculan kebutuhan sensasi atau kepentingan. Organisme akan bekerja sebaik-baiknya untuk mengatur dirinya sendiri didasarkan pada kemampuan sendiri dan sumber daya lingkungannya.

Perkembangan Perilaku
Menurut Perls, individu tersiksa oleh kekuatan dari dalam yaitu top dog dan under dog yang selalu berlomba ingin mengontrolnya. Top dog cenderung menghukum individu dengan keharusan, keinginan, dan ketakutan akan ancaman (bahaya). Sedangakan under dog menguasai individu dengan penekanan yang baikdan keadaan mempertahankan diri.
Konsep dasar perkembangan kepribadian : (1) Aktualisasi Diri. Perls mengemukakan bahwa semua makhluk hidup secara alamiah berupaya mengembangkan dirinya. Aktualisasi diri merupakan apa yang diupayakan seseorang agar menjadi kenyataan. (2) pengaturan diri (2) Pengaturan Diri. Perls yakin bahwa manusia mempunyai kemampuan bawaan untuk mengatur dirinya sendiri. Pengaturan diri organisme berfungsi untuk mengurangi ketegangan dalam diri individu. (3) kesadaran diri. Keasadaran merupakan suatu konsep pokok dalam konseling gestalt. Keasadaran dipandang sebagai suatu kontak yang waspada mengenai peristiwa atau kebutuhan yang terpenting dala kehidupan seseorang. (4) kontak. Kontak diperlukan agar perubahan dan pertumbuhan terjadi. Kontak yang bai berarti berinteraksi dengan alam dan orang lain tanpa kehilangan individualitasnya. Jadi kontak merupakan kesadaran dan tingkah laku individu dalam mengasimilasi hal-hal baru dalam lingkungannya dan penolakn terhadap hal-hal baru yang tidak dapat diassimilasikan pada dirinya. (4) urusan yang tak terselesaikan (unfinished business. Meliputi perasaan-perasaan yang tidak terekspresikan seperti kemarahn, kebencian, kepedihan, kecemasan, ketakutan, rasa bersalah dsb. (5) Gestalt. Usaha individu untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi secara bermakna. (6) ketertutupan.

1)      Pribadi Sehat
Individu yang sehat adalah yang seimbang  antara ikatan organisme dan lingkungan dan mengadakan hubungan yang terus-menerus. Selain itu, ada dua pandangan tentang pribadi yang sehat meneurut Gestalt (1) Gestalt yang baik sebagai polaritas itu mampu mengambarkan suatu medan persepsi atau terbentuk dengan jelas dalam bentuk yang baik. (2) polaritas penyesuaian yang kreatif. Seorang pribadi yang mampu menunjukan interkasi yang kreatif mengambil tanggung jawab bagi keseimbangan ekologis antara diri sendiri dan sekitar.


2)      Pribadi Malasuai
Menurut Gestal, pribadi yang malasuai terjadi bila ada suatu hal yang salah bilamaan pembentukan gestalt terhalangi atau terhambat dalam keidupan seseorang. Hambatan-hambatan tersebut timbul jika individu berusaha mencoba sesuatu yang bukan dirinya yaitu ketika ia mengidentifikasi dengan self image. Akibatnya, energi individu tersebut dikembangkan untuk mencoba mengalami kecenderungan pengaturan diri yang alamiah dan tidak diarahkan untuk berinteraksi dan mengasimilasikan lingkungan secara efektif. Ada empat cara pokok yang digunakan individu dalam  menghambat pertumbuhan yang sehat yaitu proyeksi, introyeksi, retrofleksi dan konfluen. Manipulasi dari empat cara pokok ini akan mengakibatkan individu mengalami berbagai malsalah diantaranya : kurangnya kesadaran, kurangnya tanggung jawab, kurangnya kontak dengan lingkungan, ketidakmapuan melengkapi gestalt, peningkatan pengingkaran kebutuhan, dan dikotomi dimensii diri.

Hakikat Konseling
Hakikat konseling gestalt adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Selain itu konseling gestalt adalah usaha bantuan yang diberikan untuk individu mencapai kesadaran,integritas pribadi, tanggung jawab, dan kematangan.
Kondisi Pengubahan
1.      Tujuan
Tujuan dasar terapi gestalt adalah mencapai kesadaran dan mempunyai pilihan yang lebih banyak. Kesadaran meliputi pengetahuan terhadap lingkungan, diri, penerimaan diri, dan mampu melakukan kontak. Dengan kesadaran mereka mempunyai kapsitas untuk menghadapi dan menerima bagian yang ditolak untuk secara penuh mengalami subyektifitasnya.  Terapi gestalt  pada dasarnya adalah sebuah eksistensi dari pertemuan klien yang cenderung bergerak ke arah pasti . Melalui keterlibatan kreatif dalam proses gestalt, Zinker(dalam Corey: 2009) berharap klien akan :
a)      Peralihan dalam meningkatkan kesadaran pada diri sendiri
b)      Secara berangsur-angsur mengasumsikan kepemilikan dari pengalaman mereka sendiri.
c)      Mengembangkan keterampilan-keterampilan mendapatkan hasil yang memuaskan kebutuhan tanpa-tanpa mengganggu hak orang lain.
d)      Menjadi lebih sadar terhadap tingkah lakunya
e)      Belajar tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan termasuk menerima konsekwnasi dari terhadap tingkah lakunya
f)       Peralihan dukungan dari luar meningkat kepada dukungan internal
g)      Mampu meminta dan mendapatkan bantuan dari orang lain dan mampu menberi untuk orang lain.
Peran Konselor
Terapis gestalt memiliki peran :
a)      Membantu klien mengembangkan kesadaran mereka sendiri dan pengalaman bagaimana mereka berada dalam moment sekarang.
b)      Membantu klien menjadi partner yang aktif, dimana mereka bias belajar tentang diri mereka sendiri, dengan mengadaptasi sikap eksperimental dalam hidup yang mana mereka mencoba tingkah laku baru dan mengamati apa yang terjadi (Hefferline dan Goodman dalam Corey, 2009)
c)      Konselor/terapis gestal berperan sebagai pembantu, pengamat, ahli bahasa, dan ahli komunikasi, frustrator (konselor mendorong klien untuk berkembang semata-mata menggunakan sistem dukungan internal yang ada pada dirinya.  Untuk itu konselor membantu klien mengalami frustasi yaitu memutuskan pola klien yang merusak dirinya dan tingkah lakuknya yang neurotis serta berupaya mengubah cara manipulatif yang digunakan klien tersebut) , agen kreatif, dan guru (Levin dan Shephard, dalam Ramli, 1999)
d)      Memperhatikan  bahasa tubuh klien. Isyarat non verbal ini memberikan informasi kaya karena mereka sering kali menampilkan perasaan yang tidak disadari oleh klien.
e)      Konselor menekankan pada hubungan antara pola bahasa dengan kepribadian. Pola percakapan klien seringkali menjadi ekspresi dari perasaan, pemikiran, dan sikap mereka. Contoh-contoh aspek bahasa yang menjadi fous terpist gestalt (ini, kamu, pertanyaan, bahasa yang menolak kekuatan, mendengar metafora klien, mendengarkan baha yang tidak tercakup dalam cerita)
2.      Pengalaman dan Peran Konseli
a)      Klien berperan sebagai partisipan aktif yaitu aktif membuat intepretasi dan makna terhadap pengalaman-pengalamannya. Aktif meningkatkan kesadarannya dan memutuskan apa yang akan atau tidak akan dikerjakan dalam proses konseling.
b)      Klien bertanggung jawab dalam menentukan tingkah lakunya sendiri.
c)      Klien menentukan sendiri tujuan yang diinginkan dari proses konseling
d)      Tiga tahap yang tergabung dalam rangkaian karakteristik klien yang tumbuh dalam terapi : menemukan, akomodasi, dan rangkaian integrasi yaitu asimilasi.
3.      Situasi Hubungan
Dalam proses konsleing, hubungan antara konselor dan klien sejajar yaitu suatu hubungan antar pribadi antara konselor dan klien yang melibatkan dialog dan hubungan antar keduanya. Konselor bersama klien perlu menjelajah kekuatan-kekuatan, harapan-harapan yang tidak realistis, hambatan dan penolakn-penolakn pada dirinya sendiri. Konselor bertanggung jawab untuk kualitas hubungan mereka, terhadap pengetahuan meraka sendiri dan klien, dan untuk tetap terbuka dengan klien. Mereka secara aktif berbagi persepsi dan pengalaman sekarang ketika bertemu klien dalam kondisi “Here ang Now

Mekanisme Pengubahan
1.      Tahap-Tahap Konseling
a)      Pembinaan hubungan konseling
Agar klien tersebut mencapai perubahan yang dinginkan dan klien terlibat dalam proses konseling maka konselor perlu menciptakan hubungan baik, dengan klien sehingga ia merasa aman, enak, dan nyaman dalam proses konseling
b)      Pengungkapan kesadaran klien
Konselor perlu menciptakan suatu kondisi sehingga klien termotivasi untuk berubah dan mengungkapkan pengalaman-pengalamn emosinya.
c)      Pemberian motivasi
Pemberian motivasi bagi klien sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan konseling. untuk konselor memberikan kesmpatan kepada klien untuk menyadari ketidakmampuan dan ketidakpuasannya sehinga ia mampu menyadari perlunya perubahan dan termotivasi untuk bekerja sama dengan konselor.
d)      Pengungkapan emosi
Konselor perlu mendorong klien mengemukakan perasaan-perasaannya dalam pertemuan konseling di sini dan saat ini bukan dalam bentuk menceritakan pengalaman masa lalu atau berupa harapan-harapan yang akan datang melainkan dalam wujud mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu dalam situasi disini dan saat ini. Usaha ini dilakkan dengan maksud agar klien dapat menyadari dirinya sendiri dan keberadaannya sehingga ia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengintegrasikan bagian-bagian dirinya yang selama ini ditolak dan diingkari menjadi kebulatan dirinya. Sehingga menjadi individu yang mandiri.
e)      Pengakiran konseling
Pada akhir konseling klien memperoleh kesadaran yang mendalam tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, dan menunjukkan ciri-ciri yang bertanggung jawab bagi dirinya yang ditandai dengan mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tindakan yang  diingkarinya menjadi suatu keutuhan pribadi.
2.      Teknik-Teknik Konseling
a)      Latihan Dialog Internal
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
b)      Makin The Round (berkeliling)
Merupakan suatu latihan terapi Gestal di mana klien diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompok, dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap anggota. Maksud teknik ini untuk menghadapi, memberanikan dan menyingkap diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru serta tumbuh dan berubah.
c)      The Reversal Exercise (Latihan Pembalikan)
Teknik ini digunakan dengan cara menyuruh klien memerankan bagian dirinya yang jarang atau tidak pernah diungkapkan karena tidak mau melihat atau menerimanya. Teknik ini diharapkan dapat membantu klien menjadi sadar mengenai bagian dirinya yang tidak diketahui bahwa itu ada sehingga dapat membantu klien untuk memulai proses menerima sifat-sifat dirinya yang dicoba untuk ditolak


d)      The Rehearsal exercise (latiha Ulangan)
Teknik latihan adalah teknik yang digunakan untuk membantu klien menindakkan sutu peran baru dalam proses konseling yang akan digunakan diluar konseling. Teknik ini memperkuat keyakinan klien bahwa perilaku baru dapat dilaksanakan
e)      The Exaggeration Exercise (latihan melebih-lebihkan)
Teknik ini digunakan dengan cara meminta klien untuk melebih-lebihkan gerakan atau bahasa tubuh secara berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan perasaan yang melekat pada tingkah laku dan membuat makna perilaku semakin jelas.
f)       Staying with the Feeling (Tetap dengan Perasaan)
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Terapis bisa meminta klien bertahan dengan perasaan-perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelelam lebih dalam ke dalam perasaan tingkah laku yang ingin dihindarinya. Mengahadapi, mengkonfrontasi dan mengalami perasaan-perasaan tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga membutuhkan kesediaan untuk bertahan dalam kesakitan yang diperlukan guna membuat jalan menuju taraf-taraf pertumbuhan yang lebih baru.
g)      The Gestalt Approach to dream Work
Terapi gestalt tidak menafsiran dan menganalisis mimpi, membawa kembali mimpi kepada kehidupan, menciptakan kembali mimpi dan menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang. Mimpi tidak dibicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai suatu yang terjadi sekaang, dan mimpi menjadi bagian dari mimpi menjadi bagian mimpi yang dialaminya, yang dianjurkan dalam menangani mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, mengingat orang-orang, kejadian dan suasana hati dalam mimpi dan kemudian menjadi bagian dari mimpi dengan jalan menstransformasikan diri, bertindak sepenuh mungkin, dan menciptakan dialog. Para konselor gestalt meminta klien untuk berbicara terhadap mimpi-mimpinya sendiri.
h)      Kursi Kosong
Merupakan teknik permainan peran dimana klien memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri dibayangkan  duduk atau berada di kursi kosong. Kemudian klien diminta berdialog dengan orang atau bagian dirinya yang dibayangkan berada di kursi kosong tersebut. Klien semata-semata melakukan dialog hingga pada akhirnya mencapai kesadaran dan keterpaduan perasaan, pikiran, dan tindakannya.
i)       Konfrontasi
Merupakan teknik yang digunakan konselor untuk mengemukakan kesenjangan yang terdapat dalam perilaku klien, yaitu kesenjangan yang terdapat dalam perilaku klien, yaitu kesenjangan antara ekspresi verbal dan ekspresi non verbal. Teknik ini ditujukan untuk membantu klien menyadri apa yang sedang dilakukan saat sekarang.
j)       Sharing Hunches (Berbagi Dugaan)
  Konselor Gestalt tidak membuat interpretasi tingkah laku klien tetapi membantu klien membuat interpretasi terhadap tingkah lakunya sendiri. Maka dalam proses konseling konselor hanya dapat berbagi dugaan mengenai pernyataan atau tingkah laku klien. Jadi berbagi dugaan merupakan teknik yang digunakan dengan cara berbagi dugaan mengenai tingkah laku klien. Misalnya, berdasarkan pengamatan konselor terhadap tingkah laku klien, konselor membuat dugaan mengenai perilaku klien tersebut.
k)      Memainkan Proyeksi
Teknik ini digunakan terhadap klien yang mengeluh dan membenci serta tidak menyadari bahwa memproyeksikan sifat-sifatnya sendiri terhadap orang lain.

Kelemahan dan Kelebihan
a)      Kelebihan
-        Terapi gestalt adalah terapi dimasa lalu yang ditangani secara lebih hidup dengan membawa aspek relevan ke dalam situasi sekarang. Terapist menantang klien untuk sadar secara kreatif untuk menjadi sadar.
-        Kritik yang sangat pentng berhubungan dengan diri sendiri sesorng, orang lain dan lingkungan
-        Pusat tugas hubungan yang autentik dan dialog dalam terapi
-        Tekanan dalam teori Filed, Fenomenologi dan keasadaran
b)      Kelemahan
Kritisme Gestalt diarahkan pada versi lama atau gaya Firtz yang menekankan pada konfrontasi dan  tidak memperhatikan faktor-faktor kepribadian kognitif. Terapi gestal membutuhkan waktu yang lama dalam memperhatikan dan pemberian faktor-faktor secara umum. Agar teori gestalt efektif, terapis harus mempunyai tingkat perkembangan pribadi tinggi.

Sumber Rujukan
Corey, G. 2009, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA : Brooks/Cole
Willis, S. S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Ramli. 1999. Konseling Gestalt. Universitas Negeri Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jenis Umum dan Type Riset

Berbagai tradisi penelitian untuk menganalisis data kualitatif. Apakah mungkin sejumlah karakteristik prosedur analisis kualitatif bis...