Emosi Bayi Neonatal
Melihat tidak adanya koordinasi yang
merupakan ciri dari aktivitas bayi neonatal, tidaklah masuk akal untuk
mengharapkan adanya emosi yang khusus, yang jelas, pada saat bayi dilahirkan.
Reaksi emosional hanya dapat di uraikan sebagai keadaan menyenangkan dan tidak
menyenangkan. Yang pertama ditandai oleh tubuh yang tenang dan yang kedua
ditandai oleh tubuh yang tegang.
Adapun efek jangka panjang perilaku emosional beberapa anak
yang lahir prematur cenderung bersikap apatis secara emosional, tetapi lebih
sering lagi menjadi pemarah, mudah tersinggung dan bersikap negatif. Kekacauan
emosional sebagaimana sifat-sifat nervous, seperti mudah marah, berang, meledak
dan mengisap jempol adalah lazim pada di tunjukkan oleh bayi prematur ini.
Emosi Bayi
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir
tidak terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional
menjadi kurang tersebar, kurang acak dan lebih terbedakan, serta reaksi
emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.
Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi. Pertama, emosi
bayi sangat berbeda dengan emosi remaja dan orang dewasa, dan kadang kadang
dari anak yang lebih tua. Emosi bayi misalnya, ditandai oleh perilaku yang
terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah
dan takut. Emosi-emosi itu singkat saja tetapi kuat ; sering muncul tetapi
bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain bila perhatian bayi di
alihkan.
Kedua emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi
dibandingkan pada periode-periode lain. Ini disebabkan karena terbatasnya
kemampuan intelektual bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap
rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi emosional. Kadang-kadang
misalnya bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau pada kunjungan terakhir ia
disuntik.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada
bayi. Tetapi seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa perbedaan
pada pola ini dan juga pada rangsangan yang menimbulkannya. Reaksi emosional
bayi berbeda terhadap beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung
sebagian besar pada pengalaman lalunya. Misalnya bayi yang jarang berhadapan
dengan orang-orang diluar rumah atau yang dirawat hampir secara terpisah dari
anggota keluarganya cenderung mengalami “masa malu” yang lebih menonjol
daripada bayi yang banyak berhubungan dengan orang-orang diluar rumah dan
dirawat oleh nenek, perawat bayi, orang tua dan saudara-saudaranya.
Perbedaan-perbedaaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam
ma sa bayi dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, terutama kondisi-kondisi fisik dan mental pada bayi pada saat munculnya
rangsangan dan berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam
memenuhi kebutuhannya. Kalau, di waktu lalu bayi, dihukum karena menarik,
menggigit atau merobek sesuatu, ia akan menampakkan tangan, hanya melihat benda
dan menyentuhnya.
Salah satu perbedaan terpenting dalam reaksi emosional
meliputi dominasi emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan. Beberapa bayi
mengalami lebih banyak emosi senang daripada tidak senang, sedangkan bayi lain
mengalami sebaliknya, bergantung terutama pada kondisi fisik dan
kondisi-kondisi dalam lingkungan.
Pada semua usia kuatnya emosi senang merupakan jaminan untuk
menyesuaikan yang baik dari masa bayi. Bayi-bayi yang mengalami banyak emosi
senang banyak meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial yang baik dan untuk pola-pola laku yang akan menimbulkan kebahagiaan.
Pola emosional yang lazim pada masa bayi antara lain,
· Kemarahan
Perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah
campur tangan terhadap gerakan mencoba-cobanya, menghalangi keinginannya, tidak
mengizinkan mengerti sendiri dan tidak memperkenankan melakukan apa yang dia
inginkan. Lazimnya tanggapan marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta,
menendang kaki, mengibas tangan dengan memukul atau menendang apa saja yang ada
didekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, berguling-guling,
meronta-ronta dan menahan nafas.
· Ketakutan
Perangsang yang paling mungkin menimbulkan ketakutan bayi
adalah suara keras ; orang, barang dan situasi asing ; ruangan gelap ; tempat
tinggi; dan binatang. Perangsang yang terjadi tiba-tiba atau tidak terduga atau
tidak lazim pada bayi biasanya membangkitkan rasa takut juga. Tanggapan rasa
takut yang lazim pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhkan diri dari
perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis, dan menahan nafas.
· Rasa ingin tahu
Setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah
perangsang untuk keingintahuannya, kecuali jika kebaruan itu begitu tegas
sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, ia akan digantikan
oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengyungkapkan rasa ingin tahunya terutama
melalui ekspresi wajah menegakkan otot muka, mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian,
bayi akan menangkap barang yang membangkitkanrasa ingin tahunya tersebut,
memegang, membolak-balik, melempar atau memasukkannya ke mulutnya.
· Kegembiraaan
Kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan
kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda,
menggelitik, mengamati, dan memperhatikan. Mereka mengungkapkan rasa senang
atau kegembiraanya melaluitersenyum, tertawa, dan menggerakkan lengan serta
kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berkedut, berdenguk, atau bahkan
berteriak dengan gembira, dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif.
· Afeksi
Setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan
jasmannya atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi
mereka. Kemudian mainan atau binatang kesayangan keluarga, mungkin juga menjadi
objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk,
menepuk dan mencium barang atau orang yang di cintainya.
Terdapat empat bahaya psikologis umum
yang sering timbul dalah hubungan perkembangan emosi pada masa bayi, yaitu :
·
Kurangnya Kasih Sayang
Bayi yang tidak diberi kesempatan
untuk mengalami masa emosi bayi yang
normal-terutama kasih sayang, keingintahuan, dan kegembiraan-secara fisik tidak
berkembang. Kalau kekurangan kasih sayang berlangsung lama dan hebat akan
mencegah penghambatan dalam mengeluarkan hormon tutary, termasuk pertumbuhan
hormon dari ini akan mengakibatkan apa yang disebut “kekurangan kekerdilan” .
Lagipula kekurangan kasih sayang dalam masa bayi sering menyebabkan mundur
dalam perkembangan motorik dan berbicara dan tidak belajar bagaimana harus
melangsungkan kontak sosial atau bagaimana mengungkapkan kasih sayang. Bayi
biasanya menjadi lesu, murung, dan acuh tak acuh tak acuh seperti sering
mengenyut ibu jari.
·
Tekanan
Tekanan, yaitu keadaan emosi kurang baik yang berlangsung
lama seperti takut dan marah, dapat menyebabkan perubahan endokrin yang
mengganggu keseimbangan tubuh. Ini kemudian akan tercermin dalam kesulitan
makan dan tidur, dalam gerakan gelisah seperti mengenyut ibu jari dan terlampau
banyak menangis. Tekanan disebabkan oleh banyak hal seperti kesehatan yang
buruk, diabaikan oleh orang tua dan kondisi lingkungan yang buruk yang mengganggu rutin makan dan tidur.
Tetapi faktor yang penting adalah hubungan erat dengan ibu yang gelisah dan
tegang.
·
Terlampau Banyak Kasih Sayang
Orang tua yang sangat khawatir akan sangat menonjolkan diri
akan mendorong bayi untuk memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri dan
menjadi terikat pada diri sendiri dan mementingkan diri sendiri. Dengan
demikian bayi mengharapkan agar orang lain memberikan kasih sayang tetapi ia
tidak membalas memberikan kasih sayang kepada orang lain.
·
Emosi yang Kuat
Kondisi lingkungan bayi mendorong perkembangan emosi
tertentu dan menyampingkan emosi yang lain. Emosi yang tersebut nantinya
menjadi kuat kecuali kalau kondisi-kondisi berubah perkembangan dari emosi lain
yang terdorong. Sifat pemalu dapat menetap lama
setelah masa bayi berlalu kalau anak yang pemalu atau penakut dihadapkan
pada terlalu banyak orang asing atau terlalu banyak situasi yang menakutkan.
Emosi Awal Masa Kanak-Kanak
Anak
yang lebih muda mengalami hampir semua emosi yang dialami secara normal oleh
orang dewasa. Namun, rangsangan yang membangkitkan emosi dan cara anak
mengungkapkan emosi sangat berbeda.
Perhatikan
bahwa pola-pola emosi yang berhubungan dengan rasa takut seperti rasa
khawatir,waswas dan malu, tidak terdaftar. Perasaan itu umumnya belum penting
sampai akhir masa kanak-kanak, pada saat hubungan dengan teman-teman sebaya
lebih sering dan lebih nencolok daripada dalam masa awal kanak-kanak.
Banyak
faktor yang mempengaruhi kuat dan seringnya emosi dalam awal masa kanak-kanak.
Emosi sangat kuat pada usia tertentu dan berkurang pada usia yang lain. Ledakan
amarah, misalnya, mencapai puncaknya antara usia dua dan empat, setelah itu
amarah berlangsung tidak terlampau lama dan berubah menjadi merajuk, merenung.
Rasa takut juga mengikuti pola yang sama, sebagian karena anak sadar bahwa
situasi yang tadinya ditakuti ternyata tidak menakutkan dan sebagian karena
adanya tekanan sosial yang menyebabkan ia merasa harus menyembunyikan
ketakutannya. Sebaliknya, cemburu mulai sekitar dua tahun dan semakin meningkat
dengan bertambahnya usia anak.
Banyaknya
keinginan anak sangat berbeda, demikian pula cara menyatakannya. Anak yang
cerdas ternyata lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih banyak
bertanya daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah. Adanya
perbedaan seks dalam emosi terutama karena tekanan sosial untuk mengungkapkan
emosi sesuai dengan kelompoknya. Karena ledakan amarah dianggap lebih sesuai
untuk anak laki-laki, maka sepanjang masa awal kanak-kanak anak laki-laki lebih
banyak menunjukkan amarah yang hebat daripada anak perempuan. Sebaiknya, takut,
cemburu, dan kasih sayang di anggap lebih tepat untuk anak perempuan sehingga
ia lebih kuat mengungkapkan emosi ini dari anak laki-laki.
Besarnya
keluarga mempengaruhi sering dan kuatnya rasa cemburu dan iri hati. Cemburu
lebih umum pada keluarga kecil dengan dua atau tiga anak daripada dalam
keluarga besar dimana tidak ada anak yang menerima perhatian yang besar dari
orang tua. Iri hati, dilain pihak, lebih umum dalam keluarga besar daripada
keluarga kecil ; semakin besar keluarga semakin sedikit barang yang dipunyai
anak sehingga kemungkinan untuk iri hati lebih kecil. Cemburu pada anak sulung
lebih sering dan lebih kejam daripada rasa cemburu pada adik-adiknya.
Lingkungan
sosial rumah memainkan peran yang penting dalam menimbulkan seringnya dan
kuatnya rasa marah anak. Misalnya, ledakan amarah lebih banyak timbul di rumah
bila ada banyak tamu atau ada lebih dari dua orang dewasa. Demikian pula halnya
anak yang saudaranya lebih sering marah daripada anak tunggal. Jenis disiplin
dan metode latihan anak juga
mempengaruhi frekuensi dan intensitas ledakan amarah anak. Semakin orang tua
bersikap otoriter semakin besar kemungkinananak bersikap dengan amarah.
Emosi yang umum
pada awal masa kanak-kanak, antara lain:
· Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah
pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang
hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat
atau memukul.
·
Takut
Pembiasaan,
peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan
penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar,
radio dan televisi, dan film-film dengan unsur yang menakutkan. Pada mulanya
reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik; kemudian menjadi lebih khusus
seperti lari, menghindar dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang
menakutkan.
· Cemburu
Anak menjadi cemburu jika ia mengira bahwa minat dan
perhatian orangtua beralih pada orang lain dalam keluarga, seperti adik baru
lahir. Anak yang lebih muda dapat menunjukkan kecemburuannya dengan terbuka
atau kembali bersikap seperti anak kecil seperti mengompol, pura-pura sakit,
atau menjadi nakal. Prilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian.
·
Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap
hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang
lain. Reaksi pertama adalah berupa penjelajahan sensori motorik; kemudian
sebagai akibat tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.
·
Iri Hati
Anak-anak sering iri hati dengan kemampuan dan barang yang
dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dengan bermacam-macam cara,
yangpaling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri dengan mengungkapkan
keinginan memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain, atau dengan
mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
·
Gembira
Anak-anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidakdiharapkan, bencana yang ringan,
membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak
mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
·
Sedih
Anak-anak merasa sedih jika merasa
kehilangan barang atau sesuatu yang dianggap berharga baginya, apakah itu
orang, binatang ataupun benda mati seperti mainan. Secara khas anak menunjukkan
sikapnya dengan cara menangis atau kehilangan minat terhadap kegiatan
normalnya, termasuk makan.
·
Kasih Sayang
Anak-anak
belajar mencintai orang, binatang dan mainan atau benda lain yang
menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayangnya secara lisan bila sudah besar
dan dengan gerakan fisik seperti memeluk, mencium, dan menepuk objek kasih
sayangnya.
Emosi Akhir Masa Kanak-kanak
Pola emosi yang timbul pada masa akhir kanak-kanak sama
dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Bagaimanapun juga pola emosional
umumnya dari akhir masa kanak-kanak berbeda dengan pada masa awal kanak-kanak
dalam dua hal. Pertama jenis situasi yang membangkitkan emosi, dan kedua bentuk
ungkapannya. Perubahan tersebut lebih diakibatkan dari bertambahnya pengalaman
dan belajarnya daripada proses pematangan diri.
Dari pengalaman anak mengetahui bagaimana anggapan orang
lain tentang anggapan berbagai bentuk emosional. Dalam keinginan berbagai
bentuk yang ternyata secara sosial tidak bisa diterima. Dengan bertambah
besarnya badan, anak anak mulai mengungkapkan emosi dengan berbagai bentuk
seperti murung, menggerutu, dan berbagai ungkapan kasar. Ledakan marah dianggap
jarang karena mereka mulai menyadari itu merupakan perilaku bayi.
Sebagaimana
adanya perbedaan dalam cara anak mengungkapkan emosi, ada juga perbedaan dalam
jenis situasi yang membangkitkan emosi. Anak yang lebih besar akan lebih cepat
marah bila dihina dibandingkan dengan anak yang lebih kecil yang belum mengerti
arti dari setiap komentar yang bersifat merendahkan. Demikin pula halnya rasa
ingin tahu anak yang lebih kecil ditimbulkan oleh sesuatu yang baru dan
berbeda. Bagi anak yang lebih besar, hal baru dan berbeda harus sangat menonjol
agar bisa membangkitkan keingintahuannya.
Sebagaimana
juga terdapat pada anak-anak yang lebih muda, ada sejumlah emosi pada anak-anak
yang lebih besar dan dalam caramereka
mengungkapkan emosi. Anak yang populer cenderung tidak terlampau cemburu
dibandingkan anak-anak yang kurang populer. Anak laki-laki pada setiap umur
dipandang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya dibandingkan dengan anak
perempuan; sementara anak perempuan lebih banyak mengalami rasa takut, khawatir
dan kasih sayang, yaitu emosi yang dipandang sesuai peran seksnya.
Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering
mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka
dalam periode ini meningginya emosinya menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu
saat dimana anak menjadi sulit dihadapi.
Meningginya
emosi pada akhir masa kanak-kanak dapat disebabkan fisik dan atau lingkungan.
Kalau anak sakit atau lelah, ia cenderung cepat marah, rewel, dan umumnya sulit
dihadapi. Justru sebelum masa kanak-kanak berakhir , ketika organ-organ seks
mulai berfungsi, meningginya emosi sedang mengalami puncaknya.
Keadaan lingkungan yang menyebabkan meningginya emosi juga
beragam dan serius. Karena penyesuain diri pada setiap situasi baru akan
menyusahkan anak. Meningginya emosi hampir dialami oleh semua anak terutama
pada saat baru masuk sekolah. Setiap perubahan yang menonjol pada pola
kehidupan anak, seperti keretakan keluarga akibatkematian atau perceraian, akan
selalu menyebabkan emosi meninggi.
Namun
pada umumnya, akhir masa kanak-kanak merupakan periode yang relatif tenang yang
berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, peranan yang dilakukan oleh anak yang sudah besar sudah terumus secara
jelas dan anak tahu bagaimana melaksanakannya; kedua, permainan dan olahraga
merupakan pelampiasan emosi yang tertahan; dan terakhir, dengan meningkatnya
keteranpilan anak tidak banyak mengalami kekecewaan dalam usahanya untuk
menyelesaikan berbagai macam tugas dibandingkan pada saat anak masih lebih
muda.
Dengan mengekang ungkapan emosi eksternal anak menjadi
gelisah, tegang dan mudah tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun.
Anak dikatakan sedang mengalami ”suasana hati yang buruk” atau “suasana buruk”.
Karena keadaan emosi yang tidak tersalurkan tidak
menyenangkan bagi anak, seringkali anak dengan cara coba coba meredakan keadaan
ini dengan sibuk bermain, dengan tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan
menangis. Sekali cara untuk meredakan emosi ini yang tidak tersalurkan ini
ditemukan, yang disebut katarsis emosional, maka akan timbul cara baru bagi
anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial.
Meskipun
banyak bentuk katarsis yang digunakan, tetapi anak menemukan melalui cara coba-coba dan bukan melalui
bimbingan, bahwa ada bentuk yang lebih baik dan secara sosial lebih diterima
daripada bentuk yang lainnya.
Menangis,
misalnya, dapat merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan, namun biasanya
mempunyai akibat sampingan berupa sedih yang melemahkan tenaga seseorang. Lagi
pula anak menemukan bahwa anak menangis seperti anak kecil. Sekalipun anak
menangis secara sembunyi-sembunyi tetapi matanya yang merah menunjukkan bahwa
ia baru menangis. Di lain pihak, tertawa dan bermain tidak menimbulkan akibat
sampingan dan tidak mengalami penolakan sosial. Dengan demikian, sebelum masa
kanak-kanak berakhir sebagian besar anak telah menemukan bentuk katarsis
emosional yang memenuhi kebutuhan mereka
dan membantu mereka mengatasi pengendalian emosi seperti yang diharapkan
oleh kelompok sosial.
Beberapa
anak yang memiliki teman akrab, sebelum masa kanak-kanak berakhir mengerti
bahwa membicarakan yang menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan-seperti
kecewa,takut, cemburu dan sedih-dengan teman,akan banyak membantu. Dengan
melakukan hal ini mereka memiliki pandangan baru tentang pelbagai masalah
emosional sehingga setiap situasi yang membangkitkan emosi dapat dicegah atau
dikurangi. Dengan cara ini mereka mengerti cara katarsis mental, yang kalau
digabung dengn katarsis fisik memungkinkan mereka untuk belajar emosi mereka
dalam cara yang dapat diterima secara sosial
dan dengan ketegangan fisik atau ketegangan emosional yang minimum.
MASA PUBER
Pada
umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan daripada anak
laki-laki. sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat
matang daripada anak laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan
sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak
perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari pelbagai pembatasan.
Berikut ini adalah akibat perubahan masa puber,antara lain :
· Ingin menyendiri kalau perubahan pada
masa puber mulai terjadi, anak-anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan
dari pelbagai kegiatan keluarga, dan sering bertengkar dengan teman-teman dan
dengan anggota keluarga. Anak puber kerap melamun bertapa seringnya ia tidak
dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan
eksprimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup
ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain.
· Bosan anak puber dengan permainan yang
sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial,dan
kehidupan pada umumnya. Akibatnya, anak sedikit sekali bekerja sehingga
prestasinya dipelbagai bidang menurun. Anak menjadi terbiasa untuk tidak mau
berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang
tidak normal.
· Inkoordinasi pertumbuhan pesat dan tidak
seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan anak akan merasa kikuk dan
janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan terlambat, koordinasi akan
membaik secara bertahap.
· Antagonisme sosial anak puber
seringkali tidak mau bekerjasama, sering membantah dan menentang. Permusuhan
terbuka antara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan
komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya rasa puber,anak
kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerjasama dan lebih sabar kepada orang
lain.
· Emosi yang meninggi ditandai dengan
kemurungan, merajuk,ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena
hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian dari masa puber. Pada masa
ini anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marah dan
suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal
mas-masa haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik anak, ketegangan lambat
laun berkurang dan anak sudah mampu mengendalikan emosinya.
· Anak remaja yang tadinya sangat yakin
pada diri sendiri sekarang menjadi kurang percaya diri karena menurunnya daya
tahan fisik serta kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan
teman-temannya. Banyak dari anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber
menjadi rendah diri.
· Perubahan tubuh yang terjadi selama
masa puber menyebabkan anak semakin sederhana dalam penampilannya karena takut
orang-orang akan memperhatikan dan mengomentari penampilannya.
Emosi Masa Remaja
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Pertumbuhan pada awal masa puber terusberlangsung tetapi agak sedikit
melambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah
terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu perlu dicari keterangan yang
menjelaskan ketegangan emosi pada saat ini.
Penjelasan diperoleh dari kondisi sosial yang dialami remaja
masa kini. Adapun meningginya emosi laki-laki dan perempuan terutama karena
berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa
kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi masa itu.
Tidak
semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila semua
remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari
usaha penyesuaian diri pada pola prilaku
baru dan harapan sosial yang baru.
Pola
emosi remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya
terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya
pada pengendalian latihan individu
terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai “anak kecil”
atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan
hal-hal lain.
Anak
laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang
lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan
emosinya dengan cara-cara yang lebih bisa diterima.
Rujukan :
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikilogi Perkembangan. Jakarta :
Erlangga.
Casino Near You - MapyRO
BalasHapusFind all information and best deals of Casino Near You in 군산 출장샵 Las 의왕 출장안마 Vegas, NV. Casino Near Me - 대전광역 출장샵 Find 출장마사지 the Casino Near You in Las Vegas, 원주 출장안마 NV - MapyR