Sabtu, 28 Mei 2016

Pendekatan Behavior Therapy (Terapi Behavioral)

Sejarah Perkembangan

Konseling Behavioral bermula pada tahun 1950 dan awal 1960an.  Pemisahan diri yang radikal dari perspektif psikoanalitik yang dominan pada waktu itu. Teori dasar dalam behavioral terapi antara lain Classical conditioning (Ivan P. Pavlov, John B. Watson, Joseph Wolpe), Operant conditioning (B. F. Skinner), Social learning (Albert Bandura&Richard Walters), cognitive behavior therapy (Albert Ellis, Michenbaum,dll). Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan kata lain, bahwa perilaku menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan.


Pada tahun 1950, terapi behavior serempak di Amerika, afrika utara, dan inggris. Hal itu berfokus pada pendemonstrasian teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan alternatif yang dapat berjalan untuk terapi psikoanalitik. Pada tahun 1960, Albert bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial, yang mengkombinasikan klasikal dan operant conditioning dengan penelitian pembelajaran. Bandura mengesahkan fokus pada terapi behavioral. Selama tahun 1960 jumlah pendekatan kognitif behavioral semakin meningkat dan masih mempunyai dampak yang signifikan dalam praktek terapi. Pada tahun 1970, behavior terapi muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi, yang kemudian berdampak dalam bidang pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri dan pekerja sosial. Teknik behavioral diperluas untuk menyediakan solusi dalam dunia bisnis, industri, dan masalah keterbelakangan anak. Pada tahun 1980, terapi behavioral melanjutkan penelitian empiris untuk mempelajari metode dan mempertimbangkan pengaruh praktik terapi pada klien dan masyarakat yang besar. Meningkatnya perhatian  telah memberi peran emosi dalam perubahan terapi, seperti peran faktor biologis dalam gangguan psikologis. Dua bidang perkembangan yang signifikan yakni: (1) melanjutkan munculnya kognitif behavior terapi sebagai kekuatan utama, (2) aplikasi teknik behavioral untuk pencegahan dan bantuan dalam gangguan kesehatan hubungan.


Pada akhir 1990, Association for Behavioral and Cognitive Therapies (ABCT) mengklaim sekitar 4300 anggota. Kognitif terapi dipertimbangkan menjadi “gelombang kedua” dari tradisi behavioral. Di awal tahun 2000, muncul “gelombang ketiga” dari tradisi behavioral, memperbesar bidang penelitian dan praktik. Perkembangan terbaru termasuk dialectical behavior therapy, mindfulness-based stress reduction, mindfulness-based cognitive therapy, and acceptance and commitment therapy. Terapi kognitif behavioral dan teori pembelajaran sosial sekarang menjadi tendensi dari terapi behavioral.


Hakikat Manusia
1)      Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari dan merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor genetik. Dengan kata lain manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
2)      Pandangan behaviorisme radikal (B.F Skinner), menekankan bahwa manusia dikendalikan oleh kondisi lingkungan (kekuatan-kekuatan eksternal). Situasi dalam dunia objektif masa lampau dan masa kini menentukan tingkah laku.
3)      Menurut pandangan behavior, setiap orang dipandang pasif dan mekanistis, memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama.
4)      Manusia tidak dipandang secara instrinsik bisa baik atau buruk, tetapi melalui pengalaman, organisme mempunyai potensi untuk semua jenis tingkahlaku, tingkah laku manusia sebagai hasil belajar, manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia dapat mengkonsepkan dan sekaligus mengontrol tingkahlaku sendiri, manusia bersifat unik, tingkah laku manusia bertujuan untuk memperoleh kepuasan, tingkah laku manusia dapat berubah tanpa adanya pemahaman diri, manusia dapat mempengaruhi tingkahlaku orang lain, dan dapat dipengaruhi tingkahlaku orang lain.

Perkembangan Perilaku
1.        Struktur Kepribadian

·        Teori behavioral tidak menekankan adanya struktur kepribadian, karena adanya anggapan bahwa struktur kepribadian / tingkah laku manusia itu dapat di ubah dan bukan merupakan sesuatu yang sifatnya stagnant
·        Tingkah laku merupakan Hasil belajar baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku malasuai
·        Tingkah laku normal berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungan mendapatkan penguatan
2.    Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi sehat menurut teori behavioral adalah pribadi yang dapat merespon stimulus di lingkungan secara tepat dalam bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat mengembangkan reinforcer internal disamping eksternal serta memiliki self-control yang memadai.
Pribadi yang tidak sehat adalah apabila tingkah laku individu kurang/tidak memuaskan sehingga membawa konflik diri dengan lingkungannya. Dengan kata lain disebut perilaku maladaptif (perilaku yang tidak tepat) yang terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya.

Hakikat Konseling
Konseling pada dasarnya sebagai suatu kondisi pengubahan, karena perilaku yang malasuai dipandang sebagai kebiasaan yang dipelajari, oleh karena itu dapat di ubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga terbentuklah suatu perilaku baru yang sesuai. Ciri dari terapi behavioral adalah : berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik, kecermatan dalam penguraian tujuan-tujuan treatment, formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus, penilaian objektif mengenai hasil konseling.

Kondisi Pengubahan
1.       Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah  meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru. Selain itu untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.

2.       Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru, pengarah,  konsultan atau pemecah masalah serta ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif.  Peran konselor secara khusus menurut Miltenberger,2004 dalam Corey ) diantaranya  : (a) mengidentifikasi kondisi utama dengan sistematis, mengumpulkan informasi tentang anteseden situsional, dimensi perilaku masalah, dan konsekuensi dari perencanaan tersebut, (b) memformulasikan tujuan awal, mendesain dan mengimplementasikan perencanaan penanganan untuk mencapai tujuan, (c) menggunkan strategi untuk mendorong generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku, (d) mengevaluasi keberhasilan perencanaan perubahan dan mengukur kemajuan terhadap tujuan, (e) melakukan penilaian tindak lanjut

3.      Konseli
Dalam konseling behavioral klien dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Klien secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting klien dalam konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
4.       Situasi Hubungan
Dalam terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya perubahan. Sikap konselor seperti kehangatan, empati, serba boleh, acceptance dianggap sebagai hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.

Mekanisme Pengubahan
1.       Tahap-tahap Konseling
a)              Assesment
Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah yang dilakukan oleh kilen saat ini. Aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan fikiran klien saat ini merupakan item-item yang ada dalam assesment. Assesment menekankan pada kelebihan atau kekuatan klien daripada kelemahannya, tahap ini diperlukan untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan masalah yang dihadapi klien.

b)             Goal Setting
Konselor bersama klien menyusun tujuan yang dapat diterima berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Tujuan ini sangat penting dalam konseling behavioral sebab tujuan akan menjadi penuntun aktivitas belajar.

c)               Teknik Implemetasi
Setelah tujuan konseling yang dapat diterima dirumuskan, konselor dan klien harus menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.

d)             Evaluasi terminasi
Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang klien perbuat. Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi lebih dari sekedar stoping konseling, yang meliputi : (1) Menguji apa yang dilkaukan oleh klien terakhir, (2) Eksplorasi kemungkinan konseling tambahan, (3) Membantu klien dalam mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling tingkah laku klien, (4) Memantau secara terus menerus tingkah laku klien

2.       Teknik-teknik konseling
a)            Latihan Relaksasi dan Metode Berhubungan
Teknik ini untuk mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari, hal ini ditujukan untuk kesehatan mental dan otot serta mudah untuk dipelajari. Latihan relaksasi memerlukan instruksi sekitar 4 sampai 8 jam. Klien diberi seperangkat instruksi yang membuat ia relaks.

b)           Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.

c)            Latihan Asertif (termasuk dalam social skill training)
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

d)           Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

e)            Pembentukan Tingkah laku Model (penerapan analisis behavioral)
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
f)             Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.

g)           Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.
Kelemahan dan Kelebihan
1.              Kelemahan
a)      Konseling behavioral lebih banyak menekankan pada teknik dari pada hubungan konseling.
b)      Konselor lebih sering menetapkan tujuan konseling dari pada konseli
c)       Kurang adanya perhatian kepada ketidaksadaran karena ketiadaan konsep seperti kekuatan dan pemahaman ego,
d)      Konstruk belajar yang di kembangkan dan di gunakan oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus di tes.
e)      Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk prilaku yang lain.

2.              Kelebihan
·        Mengembangkan konseling sebagai ilmu, karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses konseling.
·        Mengembangkan perilaku yang spesifik sehingga hasil konseling dapat diukur.
·        Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola prilaku yang kemudian membentuk kepribadian, prilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya sehingga melalui terapi teknik-teknik dalam terapi behavioral, prilaku manusia yang dipelajari dapat diubah


  Rujukan

Akhmad Sudratajat. 2008. (online). Pendekatan Konseling Behavioral. dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/, diakses 3 februari 2012

Corey, G. 2009, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA : Brooks/Cole

Pujosuwarno, S. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset

Willis, S.S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jenis Umum dan Type Riset

Berbagai tradisi penelitian untuk menganalisis data kualitatif. Apakah mungkin sejumlah karakteristik prosedur analisis kualitatif bis...