Sejarah
Perkembangan
Konseling
Behavioral bermula pada tahun 1950 dan awal 1960an. Pemisahan diri yang radikal dari perspektif
psikoanalitik yang dominan pada waktu itu. Teori dasar dalam behavioral terapi
antara lain Classical conditioning
(Ivan P. Pavlov, John B. Watson, Joseph Wolpe), Operant conditioning (B. F. Skinner), Social learning (Albert Bandura&Richard Walters), cognitive behavior therapy (Albert
Ellis, Michenbaum,dll). Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe untuk
menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku
yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan kata lain, bahwa perilaku
menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan.
Pada
tahun 1950, terapi behavior serempak di Amerika, afrika utara, dan inggris. Hal
itu berfokus pada pendemonstrasian teknik pengkondisian perilaku yang efektif
dan alternatif yang dapat berjalan untuk terapi psikoanalitik. Pada tahun 1960,
Albert bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial, yang mengkombinasikan
klasikal dan operant conditioning dengan penelitian pembelajaran. Bandura
mengesahkan fokus pada terapi behavioral. Selama tahun 1960 jumlah pendekatan
kognitif behavioral semakin meningkat dan masih mempunyai dampak yang
signifikan dalam praktek terapi. Pada tahun 1970, behavior terapi muncul
sebagai kekuatan utama dalam psikologi, yang kemudian berdampak dalam bidang
pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri dan pekerja sosial. Teknik
behavioral diperluas untuk menyediakan solusi dalam dunia bisnis, industri, dan
masalah keterbelakangan anak. Pada tahun 1980, terapi behavioral melanjutkan
penelitian empiris untuk mempelajari metode dan mempertimbangkan pengaruh
praktik terapi pada klien dan masyarakat yang besar. Meningkatnya
perhatian telah memberi peran emosi
dalam perubahan terapi, seperti peran faktor biologis dalam gangguan
psikologis. Dua bidang perkembangan yang signifikan yakni: (1) melanjutkan
munculnya kognitif behavior terapi sebagai kekuatan utama, (2) aplikasi teknik
behavioral untuk pencegahan dan bantuan dalam gangguan kesehatan hubungan.
Pada
akhir 1990, Association for Behavioral and Cognitive Therapies (ABCT)
mengklaim sekitar 4300 anggota. Kognitif terapi dipertimbangkan menjadi
“gelombang kedua” dari tradisi behavioral. Di awal tahun 2000, muncul
“gelombang ketiga” dari tradisi behavioral, memperbesar bidang penelitian dan
praktik. Perkembangan terbaru termasuk dialectical
behavior therapy, mindfulness-based stress reduction, mindfulness-based
cognitive therapy, and acceptance and commitment therapy. Terapi kognitif
behavioral dan teori pembelajaran sosial sekarang menjadi tendensi dari terapi
behavioral.
Hakikat Manusia
1) Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku
manusia itu dipelajari dan merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan
dan faktor genetik. Dengan kata lain manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
2) Pandangan behaviorisme
radikal (B.F Skinner), menekankan bahwa manusia dikendalikan oleh kondisi
lingkungan (kekuatan-kekuatan eksternal). Situasi dalam dunia objektif masa
lampau dan masa kini menentukan tingkah laku.
3) Menurut pandangan behavior,
setiap orang dipandang pasif dan mekanistis, memiliki kecenderungan-kecenderungan positif
dan negatif yang sama.
4) Manusia tidak dipandang
secara instrinsik bisa baik atau buruk, tetapi melalui pengalaman, organisme
mempunyai potensi untuk semua jenis tingkahlaku, tingkah laku manusia sebagai
hasil belajar, manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia dapat
mengkonsepkan dan sekaligus mengontrol tingkahlaku sendiri, manusia bersifat
unik, tingkah laku manusia bertujuan untuk memperoleh kepuasan, tingkah laku
manusia dapat berubah tanpa adanya pemahaman diri, manusia dapat mempengaruhi
tingkahlaku orang lain, dan dapat dipengaruhi tingkahlaku orang lain.
Perkembangan Perilaku
1.
Struktur Kepribadian
·
Teori behavioral tidak menekankan adanya struktur kepribadian,
karena adanya anggapan bahwa struktur kepribadian / tingkah laku manusia itu
dapat di ubah dan bukan merupakan sesuatu yang sifatnya stagnant
·
Tingkah laku merupakan Hasil belajar baik tingkah laku yang normal
maupun tingkah laku malasuai
·
Tingkah laku normal berkembang karena dalam interaksinya dengan
lingkungan mendapatkan penguatan
2.
Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi
sehat menurut teori behavioral adalah pribadi yang dapat merespon stimulus di
lingkungan secara tepat dalam bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya dan
dapat mengembangkan reinforcer internal disamping eksternal serta memiliki self-control yang memadai.
Pribadi
yang tidak sehat adalah apabila tingkah laku individu kurang/tidak memuaskan
sehingga membawa konflik diri dengan lingkungannya. Dengan kata lain disebut
perilaku maladaptif (perilaku yang tidak tepat) yang terbentuk melalui proses
interaksi dengan lingkungannya.
Hakikat Konseling
Konseling
pada dasarnya sebagai suatu kondisi pengubahan, karena perilaku yang malasuai
dipandang sebagai kebiasaan yang dipelajari, oleh karena itu dapat di ubah
dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga terbentuklah suatu
perilaku baru yang sesuai. Ciri dari terapi behavioral adalah : berfokus pada
perilaku yang tampak dan spesifik, kecermatan dalam penguraian tujuan-tujuan treatment, formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah
khusus, penilaian objektif mengenai hasil konseling.
Kondisi Pengubahan
1.
Tujuan
Tujuan
terapi behavioral adalah meningkatkan
pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru. Selain itu untuk
membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif
dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
2.
Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru, pengarah, konsultan atau pemecah masalah serta ahli
dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif. Peran
konselor secara khusus menurut Miltenberger,2004 dalam Corey ) diantaranya : (a) mengidentifikasi kondisi utama dengan
sistematis, mengumpulkan informasi tentang anteseden situsional, dimensi
perilaku masalah, dan konsekuensi dari perencanaan tersebut, (b)
memformulasikan tujuan awal, mendesain dan mengimplementasikan perencanaan
penanganan untuk mencapai tujuan, (c) menggunkan strategi untuk mendorong
generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku, (d) mengevaluasi keberhasilan
perencanaan perubahan dan mengukur kemajuan terhadap tujuan, (e) melakukan
penilaian tindak lanjut
3.
Konseli
Dalam
konseling behavioral klien dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Klien
secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki
motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
konseling. Peran penting klien dalam konseling adalah klien didorong untuk
bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas
perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut
dalah kehidupan sehari-hari.
4.
Situasi Hubungan
Dalam
terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan
kontribusi penting bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai
fasilitator terjadinya perubahan. Sikap konselor seperti kehangatan, empati, serba
boleh, acceptance dianggap sebagai
hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan
perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan
sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan
arah yang dikehendaki.
Mekanisme Pengubahan
1.
Tahap-tahap Konseling
a)
Assesment
Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah
yang dilakukan oleh kilen saat ini. Aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan
fikiran klien saat ini merupakan item-item yang ada dalam assesment. Assesment
menekankan pada kelebihan atau kekuatan klien daripada kelemahannya, tahap ini
diperlukan untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan masalah yang dihadapi
klien.
b)
Goal Setting
Konselor bersama klien menyusun tujuan yang
dapat diterima berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Tujuan
ini sangat penting dalam konseling behavioral sebab tujuan akan menjadi
penuntun aktivitas belajar.
c)
Teknik Implemetasi
Setelah tujuan konseling yang dapat diterima
dirumuskan, konselor dan klien harus menentukan strategi belajar yang terbaik
untuk membantu klien mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.
d)
Evaluasi terminasi
Evaluasi konseling behavioral merupakan proses
yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang klien perbuat.
Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas
konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi lebih dari sekedar stoping konseling,
yang meliputi : (1) Menguji apa yang dilkaukan oleh klien terakhir, (2)
Eksplorasi kemungkinan konseling tambahan, (3) Membantu klien dalam mentransfer
apa yang dipelajari dalam konseling tingkah laku klien, (4) Memantau secara
terus menerus tingkah laku klien
2.
Teknik-teknik konseling
a)
Latihan Relaksasi dan Metode
Berhubungan
Teknik ini untuk mengatasi stres dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini ditujukan untuk kesehatan mental dan otot serta
mudah untuk dipelajari. Latihan relaksasi memerlukan instruksi sekitar 4 sampai
8 jam. Klien diberi seperangkat instruksi yang membuat ia relaks.
b)
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik
konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari
ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi
teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan
secara bertahap.
c)
Latihan Asertif (termasuk dalam social skill training)
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau
benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang
tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah
dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga
dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
d)
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus
tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak
dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi
antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
e)
Pembentukan Tingkah laku Model (penerapan
analisis behavioral)
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk
tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.
Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model,
dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang
teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku
yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa
pujian sebagai ganjaran sosial.
f)
Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat
tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex,
alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang
disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak
menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil rileks diminta untuk
membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk
membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali
dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.
g)
Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang
sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya
sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan
dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan
yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis segera
berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera
diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan
ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya
itu.
Kelemahan dan Kelebihan
1.
Kelemahan
a)
Konseling behavioral lebih banyak menekankan pada teknik dari pada
hubungan konseling.
b)
Konselor lebih sering menetapkan tujuan konseling dari pada konseli
c)
Kurang adanya perhatian kepada ketidaksadaran karena ketiadaan
konsep seperti kekuatan dan pemahaman ego,
d)
Konstruk belajar yang di kembangkan dan di gunakan oleh konselor
behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus
dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus di tes.
e)
Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada
bentuk prilaku yang lain.
2.
Kelebihan
·
Mengembangkan konseling sebagai ilmu, karena mengundang penelitian
dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses konseling.
·
Mengembangkan perilaku yang spesifik sehingga hasil konseling dapat
diukur.
·
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola prilaku yang kemudian
membentuk kepribadian, prilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya sehingga melalui terapi
teknik-teknik dalam terapi behavioral, prilaku manusia yang dipelajari dapat
diubah
Rujukan
Akhmad Sudratajat. 2008. (online). Pendekatan Konseling Behavioral. dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/, diakses 3 februari 2012
Corey, G. 2009, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA :
Brooks/Cole
Pujosuwarno, S. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset
Willis,
S.S. 2007. Konseling Individual Teori dan
Praktek. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar